Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka pertemuan bilateral negara-negara ASEAN dengan para negara mitra, di mana salah satunya yakni dengan Jepang pada Rabu (7/9/2023) kemarin.
Dalam pertemuan ASEAN dengan Jepang, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan yang dibahas antara lain adalah rata-rata para pemimpin menyampaikan pentingnya menjaga situasi kondusif di kawasan. Khususnya di Semenanjung Korea dan juga Laut China Selatan (LCS).
Selain itu, perwakilan ASEAN juga mendorong kerja sama dengan Jepang, terutama bidang infrastruktur hijau, konektivitas, transisi energi, dan ekonomi digital.
“Kemudian mendorong kerja sama pembangunan infrastruktur hijau, konektivitas, transisi energi, dan ekonomi digital,” tambah Retno.
Lebih lanjut Retno mengatakan Jepang juga menyampaikan komitmen pendanaan sebesar US$ 100 juta atau setara Rp1,5 triliun (kurs=Rp15.000/US$). Ini dukung implementasi AOIP melalui Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) 3.0.
Para pemimpin juga sepakat untuk melakukan KTT peringatan 50 tahun kemitraan ASEAN-Jepang yang rencananya akan diselenggarakan pada Desember 2023 di Tokyo.
Di dalam KTT, tambah Retno, para pemimpin sepakat untuk secara resmi membentuk Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership ASEAN – Japan). Ini termasuk dalam Joint Statement on the Establishment of the ASEAN-Japan Comprehensive Strategic Partnership.
Selain itu KTT juga mencatat tiga dokumen:
1. Progress Report of the Revised Implementation Plan of the Vision Statement on ASEAN-Japan Friendship and Cooperationyang berisi kemajuan implementasi Vision Statement on ASEAN-Japan Friendship and Cooperation.
2. Future Design and Action Plan of an Innovative and Sustainable ASEAN-Japan Economic Partnershipyang berisi rencana kerja 10 tahun di bidang konektivitas siber, pengembangan SDM dan inovasi.
3. ASEAN-Japan Economic Co-Creation Visionyang berisi visi ekonomi kemitraan ASEAN-Jepang yang melibatkan pihak swasta, komunitas bisnis, dan akademisi.
Apa itu ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)?
ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) adalah kerja sama untuk memperkuat integrasi ekonomi antara ASEAN dan Jepang, termasuk di dalamnya membentuk kawasan perdagangan bebas, meningkatkan daya saing ASEAN dan Jepang di pasar dunia, serta meliberalisasikan dan memfasilitasi perdagangan barang, jasa, dan investasi.
AJCEP ditandatangan pada 2 Maret 2019, dan diimplementasi pada 1 Februari 2022.
Alur Pemanfaatan FTA AJCEP
|
Adapun manfaat AJCEP yakni menghapuskan tarif sebesar 84,5% dari semua pos tarif untuk ekspor asal Indonesia ke Jepang.
Selain itu, AJCEP juga memungkinkan pengiriman barang bolak-balik di negara-negara ASEAN, seperti barang asal AJCEP yang dibawa ke Indonesia dari ASEAN dan diekspor kembali di negara-negara ini, tanpa pemrosesan di Indonesia, dapat menikmati konsesi tarif. Produk asal yang melewati Para Pihak juga dapat mempertahankan status asalnya.
Kemudian, AJCEP juga mengizinkan faktur barang pihak ketiga, di mana otoritas pabean di negara pengimpor dapat menerima Surat Keterangan Asal ketika faktur penjualan diterbitkan dari negara atau perusahaan lain yang mengekspor barang asal di berbagai sektor, asalkan barang tersebut memenuhi persyaratan yang diperlukan.
Faktur ini dapat berasal dari negara-negara yang bukan Pihak dalam Perjanjian ini.
Terakhir, AJCEP dapat mengizinkan Kumulasi Regional, seperti bahan baku asal yang bersumber dari Pihak FTA dapat diperhitungkan saat menilai kriteria asal produk akhir yang diproduksi di Indonesia.
Ekspor ASEAN ke Jepang
Dari 10 mitra dagang utama ASEAN, negara tujuan ekspor barang teratas tentu diisi oleh intra atau antar negara ASEAN itu sendiri dengan nilai ekspor mencapai US$ 370,92 miliar Bila dirupiahkan maka angkanya mencapai Rp 5.660,24 triliun (US1= Rp 15.260).
Angka ini tercatat melesat 24,42% dibandingkan tahun 2020. Adapun ekspor ASEAN ke Jepang pada 2020 mencapai US$ 102,74 miliar. Sedangkan di 2021, ekspor ASEAN ke Jepang mencapai US$ 113,87. Angka ini meningkat 10,83%.
Dari barang yang di ekspor ke Jepang, sebagian besar merupakan barang dengan bentuk mesin elektronik dan aksesorisnya, di mana ekspor barang ini ke Jepang dari ASEAN mencapai US$ 27,11 miliar per 2021.
Di Indonesia sendiri, ekspor barang ke Jepang didominasi oleh barang non-minyak dan gas bumi (non-migas), di mana per 2022, ekspor non-migas RI ke Jepang mencapai US$ 23,2 miliar. Sejak 2018, angka ekspor non-migas RI ke Jepang cenderung meningkat 9,49%.
Adapun barang non-migas yang di ekspor RI ke Jepang sebagian besar yakni bijih, terak, dan abu logam. Serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bahan bakar mineral.
Namun, bijih tembaga menjadi yang paling besar di ekspor ke Jepang oleh RI. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, ekspor bijih tembaga ke Jepang mencapai US$ 2,28 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 24,67% dari total ekspor bijih tembaga secara nasional.
Sementara untuk ekspor migas RI ke Jepang hanya mencapai US$ 1,65 miliar per 2022. Sejak 2018, angka ekspor migas RI ke Jepang cenderung menurun 18,93%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]