- Pemerintah telah memutuskan 27 hari libur nasional dan cuti bersama pada 2024 dan masih bisa bertambah 29 hari bila pemilu berlangsung dua putaran
- Bagaimana dampaknya terhadap ekonomi Indonesia di tahun depan?
- Berkaca pada kuartal II-2023, Indonesia tumbuh sebesar 5,17%, jauh di atas ekspektasi dengan ditopang belanja masyarakat
Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah telah memutuskan 27 hari libur nasional dan cuti bersama pada 2024. Penetapan ini dituangkan dalam surat ketetapan bersama (SKB) tiga menteri, yakni Menteri Ketenagakerjaan, Menteri PANRB dan Menteri Agama.
Penetapan jumlah hari libur nasional dan cuti bersama 2024 merujuk pada Kepres No.251 Tahun 1967 tentang hari libur sebagaimana tertuang dalam Kepres No.3 Tahun 1983 tentang perubahan atas Kepres No.251 Tahun 1967 tentang hari libur.
Dari 27 hari ini, libur nasional 17 hari dan cuti bersama 10 hari, pada tahun depan. Namun dari jumlah tersebut, pemerintah akan menetapkan tambahan sebanyak 2 hari.
Dengan demikian, pemerintah membuka kemungkinan akan ada tambahan dua hari libur sehingga jumlah hari libur nasional dan cuti bersama 2024 bisa bertambah menjadi 29 hari dalam rangka Pemilihan Presiden dan Legislator.
Bila merujuk pada periode 2018-2023 maka libur nasional dan cuti bersama pada 2024 yang berjumlah 28/29 hari akan menjadi yang terbanyak dalam tujuh tahun terakhir. Jumlah tersebut jauh lebih banyak 2023 sebanyak 27 hari.
Bagi ekonomi Indonesia, hari libur bisa berarti peningkatan belanja masyarakat untuk makanan, pakaian, bepergian, hotel, hingga berwisata. Perputaran uang bisa semakin melonjak jika ada libur panjang.
Kabar ini tentu menjadi angin segar bagi yang sudah merencanakan berlibur tahun depan. Akankah punya dampak signifikan terhadap ekonomi Tanah Air? Apalagi mengingat, belakangan warga RI tampak senang berbelanja dan tren berlibur semakin merajalela.
Berkaca Pada Kuartal II-2023, Warga RI Doyan ‘Foya-foya’
Ekonomi Indonesia terbang pada kuartal II-2023 berkat belanja masyarakat yang meroket. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 atau April-Juni tumbuh 5,17% (year on year/yoy)dan 3,86% (quartal to quartal/qtq).
Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir. Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 (yoy) pada kuartal I-2023 dan terkontraksi 0,92% (qtq).
Pertumbuhan tersebut termasuk sangat tinggi di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pertumbuhan sebesar 5,17% adalah yang tertinggi keempat sejak 2019 atau dalam 4,5 tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia utamanya ditopang oleh konsumsi masyarakat atau rumah tangga dan investasi.
Pada April-Juni tahun ini, konsumsi masyarakat tumbuh 5,23%(yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal. Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,63% (yoy) atau tertinggi dalam tiga kuartal terakhir. Sementara itu, belanja pemerintah tumbuh 10,62%.
Untuk diketahui, pada kuartal kedua tahun 2023, konsumsi masyarakat menyumbang 53,31% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2023. Pertumbuhan tertinggi ada pada pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya yang tumbuh 7,02% (yoy). Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi setidaknya sejak tahun 2011.
Kondisi Terkini Belanja Masyarakat
Besarnya porsi konsumsi masyarakat pada kuartal II-2023 juga tercermin dalam data Mandiri Spending Index. Ada peningkatan aktivitas belanja masyarakat pada bulan Juli 2023, bila dibandingkan dengan Juni 2023. Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan, Indeks Nilai Belanja pada Juli 2023 sebesar 168,1 atau naik dari 156,8 pada bulan sebelumnya.
Selain itu, Indeks Frekuensi Belanja pada Juli 2023 tercatat 369,0 atau naik dari 345,3 pada bulan sebelumnya. Peningkatan aktivitas belanja yang meningkat ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih solid. Selain itu, mobilitas masyarakat yang meningkat mendorong konsumsi masyarakat.
Kita lihat saja, tercermin dari waktu normalisasi pasca Idul Fitri pada tahun 2023 yang lebih singkat dari periode sebelumnya. Memang biasanya, peningkatan konsumsi masyarakat terjadi saat era Idul Fitri. Kemudian, akan melandai selama dua hingga tiga bulan setelahnya.
Sedangkan pada tahun 2023, pelemahan hanya terjadi satu bulan setelah Idul Fitri. Alis pada bulan Mei 2023 saja, kemudian Juni 2023 kembali meningkat.
MSI
|
Maka, seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi belanja masyarakat juga diperkirakan akan terus meningkat.
Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2024, Pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sebesar 5,3% hingga 5,7%. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, besaran asumsi ini dinilai realistis.
Survei Bank Indonesia (BI) terkait Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2023 sebesar 125,2, lebih tinggi dibandingkan dengan 123,5 pada Juli 2023.
Meningkatnya keyakinan konsumen pada Agustus 2023 didorong oleh tetap kuatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
IKE tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Pembelian Barang Tahan Lama. IEK juga tercatat meningkat terutama pada Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]