Robot Buatannya Sisihkan Seribu Peserta dari 20 Negara
Aufa Fikri Imansyah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Itu setelah siswa MAN Kota Batu berhasil meraih medali excellent di ajang International Youth Robotic Competition (IYRC) Korea Selatan, 5 Agustus lalu. Dia berhasil mengalahkan seribu peserta lain dari 20 negara.
AFIFAH RAHMATIKA FURZAEN
MEDALI excellent masih menggelantung di leher Aufa Fikri Imansyah. Senyum remaja 16 tahun itu terus mengembang. Matanya tertuju pada teman-temannya di MAN Kota Batu yang menyambutnya dengan riuh tepuk tangan.
Mereka bangga dengan Fikri yang baru saja meraih medali excellent di ajang International Youth Robotic Competition (IYRC) di Korea Selatan (Korsel), 4-5 Agustus lalu. Fikri berhasil menyisihkan ribuan peserta dari 20 negara di dunia.
”Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan semuanya, terutama untuk ibu saya,” ujar Fikri didampingi ibunya, saat disambut teman sekolahnya, kemarin siang (10/8).
Mendengar ucapan dari anaknya, sang ibu, Yulia Fithri Hartanti langsung naik ke podium dan memeluk Fikri. Momen bahagia tersebut disaksikan ratusan pelajar di MAN Kota Batu. Sedangkan sang ayah, Febrian Imansyah hanya menunggu dari sisi lapangan.
”Padahal mempersiapkan Fikri ke Korea itu hanya tiga sampai empat minggu. Urus visa saja sempat ditolak. Baru pada detik akhir semuanya lancar,” timpal Yulia yang baru saja melepaskan pelukan sang anak.
Bakat Fikri di bidang robotic terlihat sejak kecil. Semasa kanak-kanak, Fikri kecil suka bermain lego. Ketika memasuki SMP, dia mulai bisa memperbaiki beragam alat. Kemampuannya itu berbeda dengan sisa lain seusianya. ”Saya suka membongkar dan memperbaiki kipas angin, handphone, dan laptop,” kata alumnus SMP Muhammadiyah 4 Kota Batu sambil tertawa.
Padahal tidak ada yang mengajari Fikri. Kedua orang tuanya juga tidak ahli di bidang elektro. Kepiawaian Fikri dalam mengutak-atik alat diperoleh secara otodidak. Hampir setiap hari, dia melihat tutorial di YouTube.
Bakat itu diketahui oleh pihak sekolah. Ketika ada kejuaraan robot, MAN Batu langsung mengikutkan Fikri. Kedua orang tua Fikri juga mendukung kreativitas anaknya. Semua persyaratan yang dibutuhkan untuk berangkat ke Daejeon, Korea segera dipenuhi. Mulai administrasi untuk penerbangan hingga kebutuhan lain. ”Saya baru pertama kali ke Korea. Beruntung bisa didampingi oleh Kepala Sekolah MAN Kota Batu Pak Farhadi,” terang anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Bermodal doa dan dukungan orang tua, Fikri berangkat ke Korea Selatan dengan beberapa kali penerbangan. Pada 3 Agustus lalu, dia berangkat dari Surabaya ke Jakarta. “Sampai Jakarta, saya kaget roda koper saya yang berisi peralatan robotic hilang dua. Tapi, saya bersyukur isinya aman,” ceritanya.
Selama di Jakarta, dia fokus latihan dan memastikan program dan robot berjalan dengan baik. Lalu, dia melanjutkan perjalanan dari Jakarta ke Malaysia terlebih dahulu, baru ke negeri ginseng itu. ”Saya mulai was-was. Takut kalau peralatan robot rusak pas sampai di sana (Korea),” ucapnya.
Sesampainya di Korea, Fikri sempat grogi saat melihat seribu peserta dari 20 negara. “Pas lihat pesertanya, saya minder. Waduh bagaimana ya? Tapi saya sudah pasrah, menang atau kalah” ucap pelajar kelahiran Malang, 16 Juli 2007 itu.
Detik-detik menuju pertandingan, Fikri ketiduran. Dia kelelahan lantaran semalaman lembur untuk memastikan program robotnya berjalan optimal. Ketika percobaan pertama, robot miliknya yang bernama Line Follower itu sempat mandek. Tidak mampu melintasi area sesuai target.