Mengenal Psoriasis Vulgaris, Penyebab, Gejala, dan Dampak Negatifnya

Mengenal Psoriasis Vulgaris, Penyebab, Gejala, dan Dampak Negatifnya

Psoriasis vulgaris dikenal juga dengan sebutan psoriasis plak, yaitu jenis psoriasis yang paling umum. Sekitar 80–90% orang dengan psoriasis memiliki Psoriasis vulgaris atau plak. Biasanya Psoriasis vulgaris terlihat sebagai lesi terangkat, meradang, merah, ditutupi oleh keperakan, sisik putih. Psoriasis vulgaris paling sering muncul pada siku, lutut, kulit kepala, dan punggung bagian bawah.

Psoriasis vulgaris bisa menimbulkan rasa sangat gatal dan kadang menyakitkan. Kondisi ini juga bisa memberi tampilan kurang baik pada kulit jika tak diobati. Menggaruknya dapat menyebabkan kulit rusak, pendarahan, dan infeksi.

Lokasi Psoriasis vulgaris dapat berubah saat bercak sembuh. Bercak baru mungkin muncul di lokasi berbeda. Dalam beberapa kasus, psoriasis vulgaris bisa sangat parah. Jenis psoriasis ini bisa menutupi sebagian besar tubuh. Psoriasis vulgaris dengan tingkat keparahan ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, dan bahkan berbahaya. Psoriasis bisa terinfeksi atau berkembang menjadi bentuk psoriasis lainnya.

Psoriasis vulgaris adalah kondisi di mana sel-sel kulit terbentuk lebih cepat daripada siklus hidupnya secara normal. Sehingga penderita penyakit kulit ini memiliki sel-sel kulit yang menumpuk. Psoriasis vulgaris ini tidak dapat menular dan merupakan penyakit seumur hidup, sehingga tidak dapat disembuhkan total. Meskipun begitu kondisi yang dialami oleh penderitanya bisa datang dan pergi tergantung dari kondisi imun orang tersebut.

Penyakit Psoriasis Vulgaris, Ketahui Penyebab, Gejala dan Cara Pengobatannya

Penyakit Psoriasis Vulgaris, Ketahui Penyebab, Gejala dan Cara Pengobatannya

 

SUARAMERDEKA.COM – Psoriasis vulgaris merupakan penyakit kulit yang tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa, namun semua umur juga berpotensi untuk mengalami penyakit ini.

Dilansir dari laman upk.kemkes.go.id, penyakit psoriasis vulgaris adalah penyakit inflamasi sistematik yang terjadi, terutama pada kulit yang bersifat kronis residif.

Meskipun begitu, Psoriasis vulgaris tidak menular, namun dampaknya pada kualitas hidup individu bisa sangat signifikan.

Baca Juga: Truk Terguling di Tengah Jalan, Sosok Terkulai Lemah Ini Menuai Simpati Netizen: Semua Akan Tergantikan…

Kali ini suaramerdeka.com akan membahas tentang penyakit Psoriasis vulgaris, penyebab, gejala dan cara pengobatannya.

Apa saja itu? Simak pembahasan selengkapnya di bawah ini dilansir dari berbagai sumber.

Apa Itu Psoriasis Vulgaris?

Melansir dari laman diricare.com, psoriasis vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang ditandai oleh pertumbuhan kulit yang berlebihan. Kulit yang terkena biasanya menjadi kemerahan, bersisik, dan gatal.

Psoriasis umumnya terjadi pada daerah-daerah tertentu seperti siku, lutut, kulit kepala, dan punggung, tetapi dapat terjadi di mana saja pada tubuh.

Baca Juga: Jambu Air Delima Khas Kota Wali Demak, Petik Manis Segarnya Buah yang Dikembangkan Pensiunan PNS Sejak 1986

Sel-sel kulit pada penderita psoriasis berkembang dengan cepat, hanya dalam beberapa hari, dibandingkan dengan siklus normal sel-sel kulit yang memakan waktu beberapa minggu.

Hal ini menyebabkan penumpukan sel-sel kulit mati yang membentuk plak dan ruam.

Penyebab Psoriasis Vulgaris

Meskipun penyebab pasti psoriasis belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor yang memainkan peran dalam perkembangannya telah diidentifikasi. Faktor-faktor tersebut termasuk:

Psoriasis Vulgaris Adalah Penyakit Kulit Akibat Masalah Sistem Kekebalan Tubuh, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Psoriasis Vulgaris Adalah Penyakit Kulit Akibat Masalah Sistem Kekebalan Tubuh, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Berbagai hal telah dilaporkan dapat memicu timbulnya psoriasis, yakni obat-obatan.

Misalnya, obat antiinflamasi nonsteroid, antimalaria, kortikosteroid sistemik, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung progesteron, dan infeksi streptokokus (utamanya pada jenis psoriasis guttate).

Psoriasis guttate menyerang orang dewasa muda dan anak-anak. Biasanya dipicu oleh infeksi bakteri seperti streptokokus (radang tenggorokan).

Hal ini ditandai dengan bintik-bintik kecil berbentuk tetesan, bersisik pada batang tubuh, lengan, atau kaki.

Istilah ini berasal dari bahasa Latin gutta (setetes), yang menggambarkan jenis lesi yang terlihat.

Lesi muncul secara tiba-tiba, sering kali 1 hingga 2 minggu setelah infeksi streptokokus.

Lesi gutta terdistribusi secara simetris pada batang tubuh dan ekstremitas proksimal; lesi ini biasanya bertahan selama 3 hingga 4 bulan dan kemudian sembuh secara spontan.

Dipicu dari Trauma

Selanjutnya, trauma dapat memicu efek isomorfik, yang ditandai lesi berkembang di lokasi cedera. Infeksi, terutama yang diakibatkan oleh streptokokus beta-hemolitik dapat menyebabkan lesi berbentuk tetesan.

Faktor pemicu lainnya termasuk perubahan endokrin, iklim (cuaca dingin cenderung memperburuk psoriasis), dan stres emosional.

Gejala COVID-19 Varian Pirola, Warga Jabar Wajib Tahu!

Gejala COVID-19 Varian Pirola, Warga Jabar Wajib Tahu!



Jakarta

COVID-19 masih belum berhenti bermutasi. Kini, dunia digegerkan dengan kehadiran subvarian Omicron B.2.86 atau disebut varian Pirola.

COVID-19 varian Pirola ini punya ‘kelebihan’ tersendiri dibanding varian lain. Varian ini memiliki 30 mutasi, paling banyak mutasinya dibanding varian lain.

Seperti apa sih sebenarnya varian Pirola ini? Lantas, apa saja gejalanya?

Dikutip detikHealth dari Daily Voice, sejauh ini demam tercatat menjadi gejala paling khas dalam gelombang pandemi COVID-19 yang bermula pada Maret 2020. Sejak awalnya, virus Corona belum ada kaitan dengan varian Pirola, termasuk induknya yakni varian Omicron.

Di samping itu hingga kini, belum ada bukti yang menyebut varian Pirola berisiko memicu gejala serius, atau risiko kematian yang besar pada pasien COVID-19.

“Sejauh ini, tampaknya tidak ada peningkatan keparahan pada jenis COVID-19 ini, dan individu tersebut tidak dirawat di rumah sakit,” lapor Pusat Pengendalian Penyakit British Columbia dikutip dari Daily Voice, Senin (4/9/2023).

Di samping itu, gejala COVID-19 dengan infeksi varian Pirola diyakini mirip dengan gejala Omicron pada umumnya. Gejala tersebut berupa:

  • Batuk
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Pilek
  • Bersin

Lantas, akankah bisa kabur dari proteksi vaksin COVID-19? Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa vaksin COVID terbaru akan tersedia pada pertengahan September ini.

Awalnya, vaksin tersebut ditujukan untuk subvarian Omicron XBB.1.5. Namun, kini varian yang bermunculan di tengah masyarakat di antaranya yakni Pirola, berbeda dengan yang disoroti pada awal mula pengerjaan vaksin tersebut.

Direktur program magister kesehatan masyarakat Northeastern Neil Maniar menjelaskan, vaksin baru tersebut memang diformulasikan untuk melawan varian Omicron. Sedangkan untuk varian Pirola, pemeriksaan efektivitas vaksin masih dalam proses.

“Varian ini sepertinya berbeda. Ada lebih banyak mutasi pada varian ini yang berarti varian ini akan memiliki kemampuan lebih besar untuk menghindari kekebalan yang diberikan oleh vaksin maupun infeksi alami,” ucap Maniar dikutip dari Northeastern Global News, Minggu (3/9).

“Kita harus mengawasi varian Pirola ini,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul Gejala Khas COVID-19 Varian Pirola yang Kini Dalam Pantauan WHO

(orb/orb)

Penyebab, Gejala, hingga 14 Cara Mengatasinya

Penyebab, Gejala, hingga 14 Cara Mengatasinya


Surabaya

Kehadiran bayi yang baru lahir adalah momen yang sangat dinanti-nantikan dalam hidup banyak orang tua. Namun, setelah melahirkan, banyak ibu mengalami perasaan tidak biasa yang dikenal sebagai baby blues syndrome atau baby blues.

Baru-baru ini viral seorang wanita yang diduga mengalami kondisi baby blues. Ia nyaris membuang bayi dan bunuh diri di jalur KRL Pasar Minggu. Beruntung, petugas KRL sigap menyelamatkan sang ibu dan bayinya.

Terkait kondisi tersebut, gejala baby blues sering dianggap sepele. Padahal kondisi ini bisa memiliki dampak negatif bagi ibu dan bayinya. Lantas, bagaimana cara mencegah seorang ibu mengalami baby blues? Simak informasi berikut.

Apa Itu Baby Blues?

Baby blues syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan sedih, cemas, atau stres yang dialami sebagian besar ibu setelah melahirkan. Ini adalah reaksi umum dan alami terhadap perubahan hormonal dan perubahan hidup yang signifikan yang terjadi setelah melahirkan.

Melansir detikHealth, baby blues biasanya terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah melahirkan. Kondisi ini dapat memicu berbagai emosi yang kuat, mulai dari kegembiraan hingga perasaan mudah tersinggung, kelelahan, perubahan suasana hati, dan perasaan cemas.

Biasanya, baby blues akan membaik dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun, jika perasaan ini berlanjut atau memburuk, bisa menjadi tanda depresi postpartum (postpartum depression) yang lebih serius, dan perlu mendapatkan perhatian medis.

Baby blues dan depresi pasca melahirkanBaby blues dan depresi pascamelahirkan. Foto: iStockphoto

Penyebab Baby Blues

Hingga saat ini dokter belum dapat menentukan apa yang menjadi penyebab munculnya gejala baby blues. Namun, baby blues umumnya disebabkan oleh kombinasi perubahan hormonal, fisik, emosional, dan lingkungan yang terjadi setelah melahirkan. Beberapa faktor penyebabnya sebagai berikut.

1. Perubahan hormonal

Setelah melahirkan, tingkat hormon seperti estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu secara drastis menurun. Ini dapat memengaruhi suasana hati dan emosi sehingga ibu rentan mengalami gejala baby blues.

2. Kurang tidur

Bayi yang baru lahir sering membangunkan ibunya di malam hari untuk makan dan mengganti popok, sehingga menyebabkan si ibu kurang tidur. Kurang tidur dapat memperburuk perasaan cemas dan kelelahan yang memicu terjadinya gejala baby blues.

3. Perubahan fisik

Tubuh ibu mengalami perubahan fisik signifikan setelah melahirkan, termasuk perubahan berat badan, rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik, dan perubahan organ reproduksi. Hal ini dapat memengaruhi kenyamanan dan perasaan ibu sehingga ia terkadang merasa tertekan harus melakukan banyak penyesuaian.

4. Isolasi sosial

Peran baru sebagai seorang ibu juga bisa membuat seseorang merasa terisolasi dari kehidupan sosial dan aktivitas yang biasa dilakukan sebelumnya. Kondisi itu dapat menyebabkan perasaan kesepian dan sedih. Sehingga berdampak pada perubahan suasana hati serta emosi yang dimiliki ibu.

5. Stres dan kecemasan

Menjaga bayi baru lahir bisa menjadi pekerjaan yang menuntut secara emosional dan fisik. Menjadi ibu juga merupakan perubahan peran yang besar dalam hidup seorang wanita. Ini bisa membuat seorang ibu merasa tidak stabil atau kehilangan identitas diri. Hal inilah yang bisa menyebabkan stres dan kecemasan.

Gejala Baby Blues

Gejala baby blues syndrome dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Pada umumnya, gejala baby blues terjadi 2-3 hari pascamelahirkan.

Jika seorang ibu tiba-tiba mulai mengalami gejala depresi beberapa minggu atau bulan pascamelahirkan, itu bukanlah baby blues. Sindrom ini biasanya akan menghilang sendirinya dalam 10 hingga 14 hari.

Sementara depresi pascapersalinan bisa terjadi kapan saja selama tahun pertama setelah melahirkan. Terdapat beberapa gejala umum baby blues, meliputi:

1. Perasaan sedih atau murung

Biasanya ibu akan mudah menangis tanpa alasan yang jelas karena pemicu hal-hal kecil. Tak jarang, ia jadi mudah sedih dan murung.

2. Mudah tersinggung atau cemas

Perubahan suasana hati yang cepat menjadi pemicu seorang ibu sangat mudah tersinggung. Ia pun mudah cemas pada hal kecil sekalipun.

3. Cemas dan khawatir

Ibu mungkin merasa cemas tentang berbagai aspek perawatan bayi. Termasuk menyusui, tidur bayi, atau kesehatan bayi.

4. Gelisah dan kelelahan

Perawatan bayi yang membutuhkan waktu dan kurang tidur bisa menyebabkan kegelisahan serta kelelahan fisik dan mental seorang ibu.

Perbedaan Baby Blues dan Postpartum Depression

Baby blues dan depresi postpartum adalah dua kondisi emosional yang berbeda yang dapat dialami ibu setelah melahirkan. Perbedaan utama antara baby blues dan depresi postpartum adalah tingkat keparahan, durasi, dan kebutuhan perawatan.

Baby blues bersifat sementara dan umumnya ringan. Baby blues adalah reaksi emosional yang normal terhadap perubahan besar dalam kehidupan ibu.

Sementara depresi postpartum adalah kondisi kejiwaan ibu yang lebih serius dan memerlukan perawatan medis. Umumnya, gejala depresi postpartum dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun jika tidak diobati.

Asian Mother nursery feeding bottle of formula milk to newborn baby in bed suffering from post natal depression. Health care single mom motherhood stressful concept.Ilustrasi baby blues Foto: iStock

Cara Mengatasi Baby Blues

Untuk mengatasi baby blues, seorang ibu bisa melakukan pencegahan bahkan sebelum melahirkan. Harapannya, pencegahan tersebut dapat mengurangi keparahan baby blues yang dialami si ibu.

Sebelum Melahirkan

Meskipun baby blues adalah pengalaman umum setelah melahirkan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mencegah atau mengurangi kemungkinan mengalaminya pascamelahirkan.

1. Persiapan Mental

Anda bisa mempelajari lebih banyak tentang baby blues dan depresi postpartum sehingga lebih memahami apa yang mungkin akan anda alami nantinya. Mengetahui perasaan ini bisa terjadi setelah melahirkan bisa membantu anda lebih siap secara mental.

2. Dapatkan dukungan sosial

Sebelum dan setelah melahirkan, berbicaralah dengan teman, keluarga, atau pasangan tentang perasaan dan kekhawatiran anda. Pastikan mereka memahami bahwa dukungan mereka akan sangat berarti bagi anda. Menerima dukungan dari orang-orang terdekat dapat membantu mengurangi stres dan perasaan isolasi yang memicu gejala baby blues.

3. Rencanakan perawatan diri

Prioritaskan waktu untuk diri sendiri. Hal ini dapat mencakup merawat diri dengan perawatan tubuh, membaca buku, mendengarkan musik, atau melakukan aktivitas yang disukai. Merawat diri sendiri dapat membantu merasa lebih baik secara emosional.

4. Perencanaan Dukungan Setelah Melahirkan

Pertimbangkan untuk memiliki dukungan praktis setelah melahirkan, seperti anggota keluarga atau teman yang bisa membantu merawat bayi atau tugas-tugas rumah tangga. Ini akan membantu mengurangi stres.

Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk menyewa atau mendapatkan bantuan mengerjakan perawatan bayi atau tugas-tugas rumah tangga. Anda bisa minta bantuan anggota keluarga atau penasihat khusus.

5. Pola tidur yang sehat

Cobalah mendapatkan sebanyak mungkin tidur dan istirahat sebelum melahirkan. Kehamilan memang bisa mengganggu tidur, tetapi tidur yang baik dapat membantu menjaga kesejahteraan mental.

6. Pola makan sehat

Konsumsi makanan seimbang dan bergizi. Makanan yang baik dapat membantu menjaga energi dan mendukung kesejahteraan fisik serta emosional. Makan makanan yang mengandung nutrisi penting seperti asam folat dan zat besi dapat memengaruhi suasana hati.

7. Persiapan sebelum melahirkan

Pelajari lebih lanjut tentang apa yang diharapkan setelah melahirkan dan bagaimana merawat bayi. Pengetahuan ini bisa membantu anda merasa lebih siap dan percaya diri. Perlu diingat, anda juga harus mencoba menghindari ekspektasi yang tidak realistis.

Ingatlah bahwa tidak ada ibu yang sempurna, dan tidak semua momen akan berjalan mulus. Terima bahwa ada tantangan dan perubahan yang akan terjadi, dan anda sedang belajar bersama bayi anda.

Setelah Melahirkan

Ada beberapa langkah yang dapat membantu ibu mengatasi baby blues syndrome. Berikut cara mengatasi baby blues yang bisa dilakukan setelah melahirkan.

1. Dukungan sosial

Berbicara dengan teman, keluarga, atau pasangan tentang perasaan anda dapat membantu meredakan beban emosional. Menerima dukungan dari orang-orang terdekat bisa membantu anda merasa lebih baik.

2. Istirahat yang cukup

Cobalah tidur dan beristirahat sebanyak mungkin. Jika bayi anda masih terlalu kecil untuk tidur dengan pola yang teratur, pertimbangkan untuk tidur sebentar ketika bayi tidur.

3. Jangan menekan diri sendiri

Ingatlah bahwa perasaan baby blues adalah reaksi normal terhadap perubahan besar dalam hidup anda. Jangan terlalu keras pada diri sendiri dan beri diri anda izin untuk merasa sedih atau cemas.

4. Bertemu dengan ibu lain

Bergabung dengan kelompok pendukung ibu atau menghadiri kelas yang berkaitan dengan perawatan bayi, dapat membantu anda merasa lebih terhubung dengan ibu lain yang mungkin mengalami hal yang serupa.

5. Olahraga dan pola makan sehat

Aktivitas fisik ringan dan makan makanan sehat dapat membantu meningkatkan suasana hati anda. Cobalah mendapatkan sedikit olahraga setiap hari, bahkan jika itu hanya berjalan-jalan singkat.

6. Istirahat dari tugas-tugas rumah tangga

Jangan ragu untuk meminta bantuan suami dalam mengurus pekerjaan rumah tangga atau perawatan bayi. Memiliki waktu untuk diri sendiri dapat membantu mengurangi stres.

7. Pertimbangkan konseling atau dukungan profesional

Jika perasaan anda terus berlanjut atau memburuk, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan seorang profesional kesehatan mental. Terapis atau konselor dapat membantu mengatasi perasaan anda dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Meskipun baby blues tidak selalu dapat dihindari, langkah-langkah ini dapat membantu ada merasa lebih kuat dan lebih siap menghadapinya ketika melahirkan. Jika perasaan anda menjadi sangat intens atau berlarut-larut setelah melahirkan, segera hubungi profesional kesehatan untuk mendapat bantuan.

Artikel ini ditulis oleh Aujana Mahalia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Simak Video “Psikolog Sebut Baby Blues Tak Hanya Dialami Ibu Baru Saja
[Gambas:Video 20detik]
(irb/dte)

Apa Saja Gejala Sindrom Baby Blues pada Seorang Ibu Setelah Melahirkan? Kenali Tanda-Tanda Berikut

Apa Saja Gejala Sindrom Baby Blues pada Seorang Ibu Setelah Melahirkan? Kenali Tanda-Tanda Berikut

MoeslimChoice.com – Sindrom baby blues merupakan masalah yang tidak bisa disepelekan oleh seorang ibu.

Sindrom baby blues merupakan kondisi emosional yang umum terjadi pada ibu setelah melahirkan.

Berbagai faktor seperti perubahan hormon, perubahan fisik dan emosional setelah melahirkan, kelelahan fisik dan mental akibat perawatan bayi yang intensif, serta perasaan stres dan ketidakpastian yang muncul saat mengasuh bayi baru lahir adalah beberapa pemicu munculnya baby blues.

Baca Juga: Mengenal Sindrom Baby Blues bagi Ibu yang Baru Melahirkan, Apa Saja Faktor Pemicunya? Simak Penjelasan Berikut

Selain itu dukungan sosial yang kurang juga dapat menjadi faktor risiko.

Biasanya, sindrom baby blues akan mereda dengan sendirinya dalam beberapa minggu setelah melahirkan, tetapi jika gejala berlanjut atau intensitasnya meningkat, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

Sejumlah gejala yang biasanya muncul saat seorang wanita mengalami baby blues syndrome adalah sebagai berikut, dikutip dari laman Siloam Hospitals.

Baca Juga: Geger! Seorang Ibu Nekat Hendak Buang Bayi di Rel Kereta Berhasil Digagalkan Petugas, Netizen: Baby Blues Itu

  1. Mudah Marah dan Tersinggung

Gejala utama sekaligus yang paling mudah terlihat dari baby blues syndrome adalah mudah marah dan tersinggung.

Pengidap baby blues sering kali merasa tersinggung dengan perkataan orang lain, meski sebenarnya orang tersebut bermaksud baik.

Sindrom ini juga dapat membuat ibu merasa kesal dan marah terhadap bayinya ketika rewel.

Baca Juga: Berikhtiar Ajukan Yusril Ihza Mahendra Sebagai Calon Wakil Presiden, PBB Nyatakan Dukung Prabowo Subianto

  1. Mood Swings dan Tidak Sabaran

Sebagian besar pengidap baby blues syndrome akan mengalami perubahan suasana hati.

Gejala ini biasanya muncul di minggu pertama setelah persalinan, namun bisa juga terjadi di beberapa minggu kemudian.

Bisa Dicoba, Ini 5 Cara Atasi Gejala Baby Blues usai Melahirkan

Bisa Dicoba, Ini 5 Cara Atasi Gejala Baby Blues usai Melahirkan

JAKARTA, KOMPAS.TV – Baby blues atau baby blues syndrome adalah masalah psikologis yang dialami ibu usai melahirkan. Baby blues ditandai dengan munculnya perasaan sedih yang dialami beberapa hari setelah melahirkan.

Dikutip dari laman Kompas.com, ada 80 persen wanita yang baru melahirkan mengalami baby blues. Baby blues terjadi karena perubahan hormon setelah melahirkan. 

Jumlah hormon estrogen dan progesteron tiba-tiba berkurang setelah melahirkan, sehingga membuat suasana hati berubah. Bagi sebagian orang, hormon yang dibuat kelenjar tiroid tersebut bisa turun tajam, sehingga bisa membuat mereka merasa lelah dan tertekan. 

Baca Juga: Apa itu Baby Blues? Berikut Penjelasan dan Gejalanya

Ibu yang baru saja melahirkan juga rentan kurang tidur. Hal inilah yang turut meningkatkan risiko mereka terkena baby blues.

Umumnya, kondisi baby blues berlangsung sekitar 3 hari, tetapi kondisi ini bisa dialami hingga lebih dari 2 minggu.

Berikut cara meringankan gejala baby blues pada ibu setelah melahirkan:

1. Istirahat Cukup

Tidur yang kurang menyebabkan suasana hati tidak nyaman. Untuk itu, pastikan bahwa ibu yang mengalami baby blues memiliki tidur yang cukup.

Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan waktu tidur bayi. Jika si kecil terbangun di malam hari, jangan ragu untuk meminta bantuan ke pasangan.

2. Cukupi Kebutuhan Nutrisi

Konsumsi makanan sehat untuk membantu mengontrol suasana hati jadi lebih baik. Meski sibuk mengurus bayi, seorang ibu tidak boleh sampai lupa untuk makan makanan yang bernutrisi untuk memenuhi kebutuhan gizi. 

Hal ini juga membantu kualitas tidur jadi lebih bagus.

3. Olahraga Ringan

Selain mengonsumsi makanan sehat, perlu juga rutin berolahraga. Hal ini membantu ibu untuk lebih kuat, sehat, pikiran jadi senang dan tenang. 

Rutin berolahraga juga dapat meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi stres.

Baca Juga: Diduga Alami “Baby Blues” Seorang Ibu Tega Membunuh Bayinya

4. Refreshing

Untuk mengatasi gejala baby blues, ibu bisa refreshing sejenak dengan berjalan-jalan ke luar rumah untuk mendapatkan udara segar. Seorang ibu yang mengalami baby blues sebaiknya tidak memaksakan diri untuk mengerjakan segalanya sendiri.

Cukup kerjakan apa yang sanggup dilakukan dan jangan sungkan untuk meminta bantuan orang lain yang dipercaya.

5. Curhat

Ibu bisa membagikan cerita tentang perasaan yang dialaminya kepada orang terdekat. Cara ini cukup membantu untuk mengurangi gejala baby blues karena bisa membuat pikiran jadi lebih ringan dan mendapatkan kekuatan dari orang terdekat.