Kebakaran Hutan Gunung Lawu Semakin Meluas ke Sisi Selatan

Kebakaran Hutan Gunung Lawu Semakin Meluas ke Sisi Selatan

MAGETAN, KOMPAS.com – Kebakaran hutan di Lereng Gunung Lawu Bagian Utara semakin meluas. Area yang terbakar diduga di kawasan hutan lindung.

Roland Yana relawan warga Desa Kletekan Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur mengatakan, titik api pertama kali diketahui warga berada di kawasan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Manyul masuk kawasan Desa Girimulyo, Kecamatan Jogororogo, Kabupaten Ngawi.

Baca juga: Kebakaran di Bukit Mongkrang di Gunung Lawu Sudah Padam

“Kita pantau, (asap) yang besar kemarin sore, tapi cepat sekali membesar karena angin bertiup cukup kencang sampai di petak 3839. Yang terbakar masih di kawasan hutan lindung,” ujarnya melalui sambungan telepon Sabtu (30/09/2023).

Roland menambahkan, saat ini warga Desa Kletekan masih berjaga di wilayah perbatasan hutan lindung dan hutan produksi yang ditanami pohon pinus.

Masyarakat membuat ilaran untuk mencegah kebakaran merambat ke hutan produksi yang merupakan kawasan perbatasan dengan pemukiman warga.

Ilaran adalah penyekatan atau pembersihan kawasan hutan secara melingkar. Ilaran dibuat agar api tidak merambat ke wilayah lain yang lebih luas.

“Kalau titik api yang kecil-kecil terpantau sudah 2 minggu lalu bisa dipadamkan warga. Baru kemarin sore titik api tiba-tiba langsung membesar. Kita berjaga di Pos Manyul untuk membuat ilaran mencegah kebakaran merambat ke hutan produksi,” imbuhnya.

Sementara Sutoyo, warga Desa Sukowidi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan mengaku kebakaran dari wilayah Lawu Utara mulai merambat ke wilayah Puncak Gunung Lawu. Warga di desanya bersiaga sambil memantau kondisi kawasan kebakaran.

“Kebakaran menuju Puncak Lawu. Untuk angin bertiup dari Selatan menuju ke Utara sehingga sedikit menahan laju api ke Selatan. Kita jaga-jaga agar api jangan sampai masuk ke hutan produksi, kalau masuk bisa membahayakan karena dekat pemukiman warga,” katanya.

Api mulai merambat kawasan Selatan Gunung Lawu.

Sementara Humas KPH Lawu DS Eko Santosa mengatakan, kondisi hingga Sabtu pagi kebakaran sudah merambah ke kawasan Gunung Lawu bagian Selatan atau di petak 41 tapak kuda kawasan puncak Gunung Lawu.

“Kondisi cuaca di kawasan puncak cuacanya cerah tapi anginnya kencang, sebagian berasap. Untuk kebakaran di atas petak 41, perbatasan tapak kuda puncak,” katanya.

Akibat kebakaran di kawasan Gunung Lawu, pengelola jalur pendakian ke puncak Gunung Lawu memilih menutup pintu pendakian.

Hal ini untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan akibat kebakaran kawasan Gunung Lawu yang meluas. Ditambah lagi, kemarau membuat banyak padang safana yang mengalami kekeringan dan rentan terbakar.

“Untuk jalur pendakian sudah 2 minggu terakhir kita tutup,” pungkas Eko.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Hutan Gunung Lawu di Ngawi Kembali Terbakar

Hutan Gunung Lawu di Ngawi Kembali Terbakar



Ngawi

Hutan Gunung Lawu di Ngawi kembali terbakar. Kali ini titik api muncul di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Manyul dan Campur Rejo, Kecamatan Jogorogo.

“Dilaporkan dini hari tadi api muncul di wilayah RPH Manyul dan Campur Rejo Ngawi,” ujar Ketua Relawan Ilham Rescue, Anang Sulistiyo, saat dikonfirmasi detikJatim, Sabtu (30/9/2023).

Wilayah tersebut, kata Anang, kawasan Gunung Gede area Gunung Lawu sisi utara Ngawi. Hingga kini tim relawan masih berupaya melakukan pemadaman.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kalau ndak segera dipadamkan nanti merambat wilayah Magetan. Ini kita sudah kirimkan relawan untuk membantu pemadaman mungkin membuat ilaran,” papar Anang.

Anang menambahkan asap kebakaran hutan Lawu sisi utara Ngawi terlihat jelas dari Kecamatan Barat Magetan. “Terlihat jelas dari Kecamatan Barat Magetan. Semoga segera padam,” tandasnya.

Sementara Kapolsek Jogorogo, AKP Nur Hidayat membenarkan hutan lawu kembali terbakar. “Betul api muncul sudah sejak tadi malam sekitar pukul 19.00 WIB. Ini kita akan apel untuk kembali ke lokasi membuat ilaran,” tandas Nur.

Sebelumnya, Minggu (24/9/2023) hutan Gunung Lawu terbakar. Kebakaran di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Manyul, Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, ini terjadi di dua titik sekitar pukul 11.00 WIB.

“Tadi siang dan kami sudah koordinasi dengan Perhutani dan TNI terkait upaya pemadaman. Kami juga dibantu warga melakukan pemadaman,” ujar Kapolsek Jogorogo, AKP Nur Hidayat saat dikonfirmasi detikJatim.

Simak Video “Puluhan Ribu Warga Dievakuasi Buntut Kebakaran Hutan di Spanyol
[Gambas:Video 20detik]
(irb/fat)

Hutan Bukit Soeharto di Kaltim Terbakar, Arus Kendaraan Terganggu

Hutan Bukit Soeharto di Kaltim Terbakar, Arus Kendaraan Terganggu

KUKAR, KOMPAS.com – Hutan Bukit Soeharto di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), terbakar pada Kamis (28/9/2023). Kebakaran hutan ini pun menggangu para pengendara yang melintas di Jalan Poros Balikpapan-Samarinda.

Lokasi hutan yang terbakar berada di Jalan Poros Balikpapan-Samarinda, tepatnya di sekitar Km 74. Terlihat api membakar semak belukar dan terus merembet ke area yang luas. Asap pun mengepul dan mengganggu pandangan para pengendara yang melintas.

“Iya, barusan kami lewat situ, di sebelah kiri yang terbakar. Asapnya itu nah yang kami takutkan karena jalanan tidak terlihat pas terbawa angin,” kata Doni, warga Balikpapan yang melintas di lokasi kejadian.

Baca juga: Kecelakaan Tunggal di Bukit Soeharto, Sopir Pikap dan 2 Ekor Sapi Tewas di Tempat

Kepala Dinas Damkar dan Penyelamatan (Disdamkar Matan) Kutai Kartanegara, Fida Hurasani mengatakan, hutan Bukit Soeharto mulai terbakar sekira pukul 15.00 Wita.

Api terus melebar bahkan hingga ke seberang jalan. Petugas terdekat pun dikerahkan untuk melakukan pemadaman.

“Benar, dari jam tiga siang anggota saya Pos Damkar Kecamatan Samboja masih di lokasi sampai sekarang (pukul 22.00 wita),” ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com.

Baca juga: KLHK Klaim Sudah Hentikan dan Tetapkan Tersangka Kasus Penambangan Emas Ilegal di Bukit Soeharto

Sementara itu, Sahar, petugas Damkar Samboja mengatakan, pihaknya masih melakukan pendinginan di lokasi kebakaran hingga pukul 22.30 Wita. Petugas menerjunkan tiga armada untuk memadamkan api. Namun api sempat membesar dan merembet ke seberang jalan, sehingga petugas pun sempat kewalahan.

“Ini saya masih di TKP, tinggal pendinginan saja. Belum bisa dihitung luasannya, soalnya di seberangnya juga ikut terbakar. Yang pasti ini tepatnya di lokasi Km 74,” ungkapnya.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Hutan di Gunung Sumbing Terbakar!

Hutan di Gunung Sumbing Terbakar!



Magelang

Kebakaran terjadi di Gunung Sumbing, Jawa Tengah. Kebakaran tersebut diduga berada lereng barat atau masuk wilayah Wonosobo.

Ketua Forum Pengelola Gunung Sumbing (FPGS) Lilik Setiyawan saat dihubungi membenarkan adanya kebakaran di Gunung Sumbing.

“Api diduga berasal dari wilayah Sapuran Wonosobo. Sebenarnya semakin sore jam 15.30 WIB, setelah kabut terbuka kelihatan titik asap,” kata Lilik saat dihubungi detikJateng, Jumat (1/9/2023).

Atas kejadian tersebut, pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan Perhutani, maupun Forkompincam. Kemudian, melakukan langkah-langkah untuk tindak lanjut.

Sementara itu, pemilik Roemah Kopi Kolipan, Edi Wibowo mengatakan kebakaran di Gunung Sumbing mulai terlihat selepas magrib.

“Kelihatan kebakaran selepas Magrib. Kalau siang hanya terlihat asap saja,” ujar Edi yang tinggal di Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.

Dihubungi terpisah, Administratur/KPH Kedu Utara Damanhuri membenarkan adanya kejadian kebakaran di Gunung Sumbing.

“Baru mau diselidiki posisinya dimana atau petak berapa,” kata Damanhuri dalam pesan singkatnya.

Simak Video “Puluhan Ribu Warga Dievakuasi Buntut Kebakaran Hutan di Spanyol
[Gambas:Video 20detik]
(ahr/ams)

Dalam 8 Bulan, 70 Hektar Hutan Lindung di DTA Danau Toba Simalungun Terbakar

Dalam 8 Bulan, 70 Hektar Hutan Lindung di DTA Danau Toba Simalungun Terbakar

SIMALUNGUN, KOMPAS.com – Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) melalui Unit Pelaksana Tugas Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) II Pematang Siantar, memperkirakan sekitar 70 hektar hutan lindung terbakar dari Januari hingga Agustus 2023.

Kepala Seksi (Kasi) Penindakan dan Pemberdayaan Hutan Masyarakat UPT KPH II Pematang Siantar, Tigor Siahaan mengatakan, kebakaran hutan itu terjadi di kawasan daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba, Kabupaten Simalungun.

Baca juga: Kebakaran Hutan Gunung Arjuno akibat Ulah Pemburu Liar

Adapun lokasinya di Kecamatan Haranggaol Horison di Desa Haranggaol dan Desa Sihalpe, kemudian di Kecamatan Purba di Desa Purba Dolok dan Desa Dolok Saribu. Kemudian Kecamatan Pamatang Silimahuta di Desa Bangun Mariah dan Perbukitan Sipiso piso.

Kondisi hutan tersebut ditumbuhi semak belukar dan pohon pinus di daerah perbukitan yang terjal dan curam.

“Pada 2023 lebih kurang 70 hektar. Tapi ini bisa berulang ulang. Kondisi hutan semak belukar, terjal, dan curam. Semak ini terbakar kena ke pohon-pohon. Pohonnya pinus,” kata Tigor ditemui di kantornya, Selasa (29/8/2023).

Baca juga: Selama Agustus Sudah 3 Kali Kebakaran Hutan dan Lahan di Banyumas, Kapolresta Beri Warning

“Membakar sampah saja di pemukiman warga, percikan apinya terbawa angin ke perbukitan yang semak belukar sudah terbakar,” ucapnya menambahkan.

Menurut Tigor, kebakaran diakibatkan rendahnya kesadaran warga terhadap kebakaran hutan. 

Selain musim kemarau, di DTA Danau Toba terdapat kondisi semak belukar yang mudah terbakar, apalagi saat musim kemarau. 

“Kurangnya kesadaran masyarakat, misalnya ada buang puntung rokok sembarangan, itu memicu kebakaran,” tutur dia.

Tigor mengemukakan, kebakaran hutan selama 2023 cenderung lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya, karena musim kemarau lebih panjang. 

“Kemudian perladangan warga yang berpindah, yang membuka lahan. Mereka mikir dari pada mengupah pekerja berhari-hari, jadi dibakar. Nah itu juga penghematan biaya operasional untuk membuka lahan,” ucapnya.

“Kalau peningkatan, ini tergantung musim. Kalau musim kemarau, kebakarannya meluas. Kalau tahun ini kemaraunya nggak sepanjang tahun lalu, tahun lalu parah sekali,” tambah Tigor.

Masih kata Tigor, kebakaran sulit ditangani karena medan hutan yang sulit dijangkau. Selama ini penanggulangan dilakukan secara manual. 

“Ada kesulitan dalam memadamkan api karena medan curam dan berbukit. Kalau memadamkan api ya, bahu membahu lah dengan masyarakat,” ucapnya.

Dalam mengantisipasi kebakaran yang berulang, pihaknya berupaya mengedukasi masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah desa mensosialisasikan bahaya kebakaran hutan.

“Kita lebih aktif ke lokasi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui pemerintah desa. Sebab kawasan hutan ini mudah terbakar. Kita sosialisasi supaya tidak terjadi kebakaran, jadi harus dijaga. Karena mengharapkan tenaga Kehutanan susah juga,” tutupnya.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Kebakaran Dahsyat Hutan Hawaii, Kenapa Banyak Warga Tak Sempat Lolos?

Kebakaran Dahsyat Hutan Hawaii, Kenapa Banyak Warga Tak Sempat Lolos?

Jakarta, CNN Indonesia

Sebanyak 96 orang tewas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Hawaii yang telah berlangsung selama sepekan terakhir.

Gubernur Hawaii Josh Green mengatakan korban meninggal bakal terus bertambah seiring dengan kobaran api yang belum kunjung terkendali.

“Ini akan terus meningkat. Kami ingin menguatkan orang untuk itu,” kata Green, seperti dikutip AFP.

Jumlah korban tewas kali ini disebut-sebut membuat insiden kebakaran ini menjadi peristiwa kebakaran paling mematikan di Hawaii sejak 1918. Saat itu, 453 orang tewas di Minnesota dan Wisconsin.

Lantas kenapa banyak warga yang tak bisa lolos dari kebakaran?

Banyaknya korban imbas karhutla ini diduga akibat sistem peringatan dini yang kurang baik di wilayah Lahaina. Banyak penduduk yang mengeluhkan bahwa pencegahan dini mestinya bisa dilakukan, sebelum api melalap habis rumah mereka.

“Bukit di belakang kami terbakar dan tidak ada yang memberi tahu kami,” kata salah satu penduduk Vilma Reed kepada AFP.

Ia kemudian berujar, “Anda tahu kapan kami menyadari ada api? Saat api di seberang jalan dari kami.”

[Gambas:Video CNN]

Pihak berwenang disebut telah mengirim peringatan darurat ke ponsel, radio, dan televisi. Namun, di tengah pemadaman listrik dan layanan seluler oleh pemerintah, belum diketahui berapa banyak dari peringatan itu yang sampai ke penduduk.

Senator Hawaii Mazie Hirono mengatakan saat ini pihaknya tengah menunggu hasil penyelidikan oleh jaksa agung negara bagian terkait lambatnya peringatan.

“Saya tidak ingin membuat alasan untuk tragedi ini,” kata Hirono kepada CNN.

“Kami benar-benar fokus, sejauh yang saya ketahui, pada kebutuhan penyelamatan, dan lokasi lebih banyak korban jiwa.”

Kebakaran ini telah merusak setidaknya 2.200 bangunan, yang menurut perkiraan resmi, senilai 5,5 miliar dolar atau setara Rp84 triliun.

Kebakaran ini sendiri bermula dari semak yang terbakar di distrik Kula, Kota Maui, pada 8 Agustus malam. Kebakaran itu akibat kekeringan lahan yang melanda Hawaii sehingga menimbulkan kobaran api yang menjalar cepat.

Api kemudian merembet ke area lain hingga ke Kota Lahaina. Kebakaran ini juga diperparah dengan kemunculan Topan Dora, yang membuat kobaran api kian meluas.

Kondisi ini pun diakui oleh Green bahwa otoritas sulit berbuat banyak di tengah kobaran api dan angin kencang.

Angin kencang ini sendiri dilaporkan berembus hingga 67 meter per detik di sejumlah wilayah di Maui. Situasi ini memungkinkan api bergerak lebih cepat dan menjangkau lebih banyak wilayah.

(blq/dna)


Kebakaran Hutan Hawaii Disebut Bencana Alam Terburuk di Pulau Itu

Kebakaran Hutan Hawaii Disebut Bencana Alam Terburuk di Pulau Itu

Kebakaran hutan Maui Hawaii telah menewaskan puluhan warga dan ribuan warga lainnya mengungsi telah sebabkan kerugian sekitar USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 19,78 triliun (asumsi kurs Rp 15.219 per dolar AS). Perkiraan kerugian tersebut terjadi pada kerusakan 3.088 rumah,dan berdasarkan perkiraan awal dari CoreLogic.

Dikutip dari CNN, ditulis Minggu (13/8), CoreLogic merupakan sebuah firma riset yang menilai data properti menemukan sebagian besar kerusakan properti terjadi di Lahaina, pusat wisata dan ekonomi, ada sekitar tempat tinggal 9.000 warga.

Perusahaan perkirakan lebih dari 2.808 rumah perlu kembali dibangun dengan biaya rekonstruksi USD 1,1 miliar. Pulehu mengalami kerusakan sekitar USD 147 juta dan Pukalani mengalami kerusakan sekitar USD 4,2 juta, menurut perkiraan CoreLogic.

Kebakaran hutan melanda Maui Hawaii menewaskan sedikitnya 80 orang. Pejabat perkirakan jumlah korban meninggal akan meningkat dan mengatakan butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih sepenuhnya.

Badai dahsyat juga menghancurkan bisnis yang tak terhitung jumlahnya di pulau itu yang tidak termasuk perkiraan dari CoreLogic.

Berdasarkan penilaian kerusakan dari the Pacific Disaster Center (PDC) dan FEMA pada Sabtu, 12 Agustus 2023, Maui diperkirakan butuh USD 5,52 miliar atau sekitar Rp 84,01 triliun yang merupakan perkiraan biaya untuk kembali membangun setelah kerusakan akibat kebakaran Lahaina. Adapun Maui memiliki populasi sekitar 165.000.

FEMA mengeluarkan pernyataan Sabtu malam menuturkan angka itu tidak akurat dan masih terlalu dini untuk menentukan biaya Pembangunan kembali.

“Angka USD 5,5 miliar yang dilaporkan oleh beberapa media, dan dikutip ke Pacific Disaster Center, bukanlah jumlah dolar dari FEMA dan tidak mencerminkan perkiraan kerusakan dari agensi kami,” ujar juru bicara FEMA dalam sebuah pernyataan.