Kisah Sultan Agung Marah pada Imam Syafi’i Dibalik Pagebluk di Mekkah

Kisah Sultan Agung Marah pada Imam Syafi’i Dibalik Pagebluk di Mekkah

loading…

Potret Sultan Agung Hanyokrokusumo versi AI. Foto/Instagram @ainusantara

YOGYAKARTA – Kisah Sultan Agung Hanyokrokusumo yang marah pada Imam Syafi’i menarik untuk diulas. Konon, amarahnya tersebut memicu pagebluk atau wabah di Mekkah.

Diketahui, Sultan Agung (1593-1645) berhasil mengantarkan Kerajaan Mataram Islam menuju puncak kejayaan. Sultan Agung yang memiliki nama kecil Raden Mas Rangsang ini terkenal cerdas dan pemberani.

Bahkan, Sultan Agung pernah 2 kali menyerang Batavia. Kendati gagal, serangan pasukan Mataram sempat membuat kalang kabut pasukan VOC Belanda.

Sultan Agung juga dikenal sebagai raja yang sakti. Dalam Babad Nitik Sarta Cabolek, Sultan Agung memiliki kebiasaan salat Jumat di Mekkah. Atas “karomah” yang dimiliki, Raja Jawa itu setiap Jumat selalu menunaikan ibadah di Tanah Suci.

“Sultan Agung salat di Masjid Mekkah setiap hari Jumat,” demikian yang tertulis di Babad Nitik Sarta Cabolek seperti diringkas de Grave (2001. 176-177).

Suatu hari, usai salat Jumat di Mekkah, Sultan Agung dikisahkan menemui Iman Supingi, seorang ulama besar sekaligus pemegang otoritas Mekkah. Iman Supingi yang dimaksud adalah Imam Syafi’i, salah satu imam dari empat madzab.

Pelafalan Imam Syafi’i dengan Iman Supingi menyesuaikan dengan lidah orang Jawa. Di depan Iman Supingi, Sultan Agung meminta untuk mendirikan sebuah pesarean (makam) di Mekkah.

Sultan Agung berharap ketika tutup usia nanti, ia bisa bermakam di Mekkah yang lokasinya berdekatan dengan makam para nabi. Namun, permintaan yang disampaikan baik-baik itu ditolak.

Imam yang Pimpin Shalat Jenazah dan Islamkan Sinead O’Connor: Dia adalah Jiwa yang Diberkati

Imam yang Pimpin Shalat Jenazah dan Islamkan Sinead O’Connor: Dia adalah Jiwa yang Diberkati

Liputan6.com, Jakarta Ratusan orang ikut mengenang kepergian Sinead O’Connor pada hari Selasa. Mengutip dari Alarabiya, tribut tersebut diberikan karena almarhumah semasa hidupnya membawa kegembiraan bagi banyak orang di seluruh dunia.

Bukti bahwa sosoknya dihormati adalah para penggemar yang emosional yang memadati jalan-jalan kota pesisir Irlandia yang dia sebut rumahnya. Mereka menyanyikan “Nothing Compares 2 U” saat mobil jenazah lewat dengan membawa peti mati penyanyi itu ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Pemakaman yang diadakan untuk orang-orang terkasih dan teman-teman mencerminkan spiritualitasnya dan pengaruhnya terhadap dunia musik. Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar dan Presiden Michael Higgins hadir bersama tokoh-tokoh musik seperti Bono dari U2 dan Bob Geldof dari Boomtown Rats.

Tetapi prosesi ke kuburan untuk pemakaman pribadi mencerminkan dampak yang lebih luas dari hidupnya pada para penggemar yang digerakkan oleh suaranya yang murni dan kedalaman emosi serta tersentuh oleh kehidupannya yang penuh ujian.

Ratusan orang berziarah ke bekas rumahnya di Bray, desa tepi pantai di selatan Dublin tempat Sinead O’Connor tinggal selama 15 tahun sebelum dia baru saja pindah ke London, di mana dia ditemukan tewas di rumahnya bulan lalu.

Pemakaman sang penyanyi dilangsungkan secara islami, dipimpin oleh Sheik Umar Al-Qadri. Imam yang menyolatkan jenazah Sinead O’Connor dan juga membantu sang penyanyi masuk Islam menggambarkan almarhumah sebagai “jiwa yang diberkati”.

Menurut laporan Independent, Syekh Dr Umar Al-Qadri (40) merupakan seorang cendekiawan Islam dan kepala Imam di Pusat Islam Irlandia. Ia bertemu Sinead O’Connor pada tahun 2018.

Berbicara kepada kantor berita PA, dia berkata: “Dia sangat membumi, sangat rendah hati. Bisa dibilang dia adalah jiwa yang diberkati.”

“Dia juga merupakan perwakilan besar Islam, dan kemanusiaan.”

“Ia adalah orang yang sangat inklusif, beragam, terbuka dan tidak menghakimi – manusia yang cantik.”

“Tetapi pada saat yang sama memiliki tantangan yang sangat sulit, dan saya pikir cobaan dan kesulitan yang dia alami ini, menyoroti kekuatan dan ketahanannya.”

“Dia mewakili esensi dari kemanusiaan kita bersama.”

Penyanyi pemenang Grammy, Sinead O’Connor meninggal dunia pada usia 56 tahun itu masuk Islam pada tahun 2018 – mengubah namanya menjadi Shuhada’ Davitt, kemudian menjadi Shuhada Sadaqat.

Sinead O’Connor mencuit pada tahun 2018 dari akun yang sekarang sudah dihapus: “Saya bangga telah menjadi seorang Muslim. Ini adalah kesimpulan alami dari perjalanan teolog cerdas mana pun; semua studi kitab suci mengarah ke Islam.”

Sejak pengumuman kabar Sinead O’Connor meninggal dunia, publik masih bertanya-tanya soal penyebab kematiannya. Hal ini tidak diungkap pihak keluarga, saat menyampaikan kabar duka tersebut.